Pertama-tama saya mau menekankan bahwa dalam tulisan saya ini sama sekali tidak menyangkut politik, ras ataupun agama. Tapi ini menyangkut saya seorang, jadi jangan ada yang merasa tersinggung kalau namanya tidak saya sebut disini,lho?!.
Asal cerita bermula, dari impian seorang perempuan berumur 23 tahun yang mempunyai mimpi menjadi seorang wartawan. Kegemarannya membaca buku, entah itu dilakukannya karena hobi ataupun sekedar membunuh waktu. Selain itu jiwanya yang bebas dan rasa ingin tahunya yang tak terbendung membuat kesimpulan sementara yang sering berubah-rubah bahwa dirinya ingin menjadi seorang reporter atau jurnalis (yang bahkan sampai sekarang perempuan itupun tidak tahu perbedaan keduanya,wow!)
Tenang, kita tidak akan membahas soal kehidupan peribadi yang membosankan. Tapi, satu pengalaman interview kerja dari perempuan yang sedikit kita bahas diatas.
Suatu hari, perempuan tersebut dipanggil untuk interview oleh sebuah website terkenal, kita samarkan dengan "Menit.com".
Tahap pertama lolos(psikotes) dan tahak kedua gagal (interview user).
Sedih sekali perempuan itu, tanpa perlu di dramatisisr, karena perempuan itu pun seorang drama queen (hihihi).
Tau kenapa gagal, karena dia tidak tahu siapa ketua MPR-RI!!!
Sial,sial,sial hanya karena dia tidak tahu siapa ketua MPR-RI.
Tapi coba tanya di tentang Aung San Suu Kyi dan Biografi Nicholas Cage, atau hits-nya Diana Krall, dijamin LANCAR!!!
Karena,mereka lebih menarik dibahas daripada Taufik Kiemas.
Jangan salahkan perempuan itu, bukan salah Taufik Kiemas juga sih kalau dia tidak lebih menarik dibandingkan Nicholas Cage (upss...), tapi mau bagaimana lagi!!
Yasudah, meskipun beberapa hari terasa menyakitkan bagi perempuan itu karea mimpinya menjadi seorang jurnalis atau reporter harus dikubur karena tidak tahu siapa ketua MPR.
Tapi, berkat Gnosis Sanguinis, dia mampu melewati hari-hari tersebut.
Dan saat ini, perempuan itu bekerja di sebuah tempat yang jauh berbeda dengan mimpinya.
Perempuan itu dalam keadaan sehat dan mental yang bisa dikatakan agak stabil (hehehe...)
Gara-gara Taufik Kiemas, jalan hidupnya menjadi tidak tertebak, entah harus berterima kasih atau bagaimana...